Live Love Laugh

Live Love Laugh

Tuesday, February 28, 2012

MENCIPTAKAN PERTUKARAN HASIL SAMPING ANTAR PERUSAHAAN

A. Apa yang Dimaksud dengan Pertukaran Hasil Samping
Banyak sebutan yang diberikan pada pertukaran hasil samping, ada yang menyebutnya dengan by-product synergy, by product network, dan lainnya. Namun pada dasarnya pertukaran hasil samping tersebut merupakan sekumpulan perusahaan yang memanfaatkan dan mempertukarkan hasil sampingnya sebagai bahan baku lagi dari satu perusahaan kepada perusahaan lain, daripada hanya membuangnya sebagai sampah atau limbah yang tidak dapat dimanfaatkan lagi.
Perwujudan dari suatu pertukaran hasil samping merupakan hal yang paling esensial dalam penerapan strategi dalam melaksanakan konsep ekologi industri. Sehingga terlibat dalam proses pertukaran hasil samping menjadi suatu cara yang mudah bagi suatu perusahaan untuk memulai praktek efisiensi penggunaan sumber daya dan belajar dengan cara lain untuk memperbaiki performa lingkungannya.
Ada banyak strategi lain untuk mencapai efisiensi yang tinggi dalam pemanfaatan sumber daya dan meminimalisasi pembuangan limbah. Mengembangkan sebuah pertukaran hasil samping dapat juga menjadi suatu peluang bisnis lain bagi daerah setempat, sehingga bisa menjadi bahan pertimbangan lain bagi para pengembang sebuah kawasan industri.
Anatara satu perusahaan dan perusahaan lain yang melakukan pertukaran hasil samping mungkin saja tidak memiliki kelayakan yang pantas untuk melakukan pertukaran hasil samping baik dari sisi quantitas maupun kualitas yang akan dipertukarkan. Sehingga apabila pertukaran ini dilakukan, malah tidak akan meningkatkan efisiensi, tetapi dapat meningkatkan biaya.
Jadi untuk mewujudkan suatu pertukaran hasil samping, tidak hanya sebatas pertukaran material atau energi saja, akan tetapi membutuhkan dari banyak pihak, sehingga pertukaran hasil samping yang dikembangkan tidak hanya mendorong keuntungan dari sisi lingkungan saja, tetapi juga memberikan keuntungan bagi ekonomi (peningkatan efisiensi dan produktivitas) dari para pelaku yang terlibat, serta mendorng pembangunan masayrakat dalam rangka pembangunan berkelanjutan.

B. Peluang Pertukaran Hasil Samping
Peluang untuk memanfaatkan hasil samping sebagai upaya untuk memperoleh keuntungan secara ekonomi dan lingkungan sangat besar. Dan untuk menemukan potensi hasil samping yang bisa dipertukarkan dapat dilakukan untuk jenis industri apa saja, selama proses pertukaran tersebut menguntungkan secara ekonomi dan lingkungan anatara dua belah pihak.
B.1 Potensi Pertukaran Hasil Samping dari produk-produk Pertanian
Pertanian dapat kita sebut sebagai sektor dasar, yaitu sektor yang sangat berperan sebagai sektor sektor penghasil bahan baku bagi sektor lain. Buangan-buangan dari hasil pertanian ini memiliki potensi yangsangat besar, karena pada umumnya sampah/buangan sektor pertanian merupakan bahan-bahan organik. Paling tidak hasil buangan seperti ini dapat dikembalikan lagi ke alam sebagai penambah zat hara atau pupuk organik bagi tanah.
Pola pemanfaatan hasil pertanian untuk produk hasil samping :

A.Apa yang Dimaksud dengan Pertukaran Hasil Samping
Banyak sebutan yang diberikan pada pertukaran hasil samping, ada yang menyebutnya dengan by-product synergy, by product network, dan lainnya. Namun pada dasarnya pertukaran hasil samping tersebut merupakan sekumpulan perusahaan yang memanfaatkan dan mempertukarkan hasil sampingnya sebagai bahan baku lagi dari satu perusahaan kepada perusahaan lain, daripada hanya membuangnya sebagai sampah atau limbah yang tidak dapat dimanfaatkan lagi.
Perwujudan dari suatu pertukaran hasil samping merupakan hal yang paling esensial dalam penerapan strategi dalam melaksanakan konsep ekologi industri. Sehingga terlibat dalam proses pertukaran hasil samping menjadi suatu cara yang mudah bagi suatu perusahaan untuk memulai praktek efisiensi penggunaan sumber daya dan belajar dengan cara lain untuk memperbaiki performa lingkungannya.
Ada banyak strategi lain untuk mencapai efisiensi yang tinggi dalam pemanfaatan sumber daya dan meminimalisasi pembuangan limbah. Mengembangkan sebuah pertukaran hasil samping dapat juga menjadi suatu peluang bisnis lain bagi daerah setempat, sehingga bisa menjadi bahan pertimbangan lain bagi para pengembang sebuah kawasan industri.
Anatara satu perusahaan dan perusahaan lain yang melakukan pertukaran hasil samping mungkin saja tidak memiliki kelayakan yang pantas untuk melakukan pertukaran hasil samping baik dari sisi quantitas maupun kualitas yang akan dipertukarkan. Sehingga apabila pertukaran ini dilakukan, malah tidak akan meningkatkan efisiensi, tetapi dapat meningkatkan biaya.
Jadi untuk mewujudkan suatu pertukaran hasil samping, tidak hanya sebatas pertukaran material atau energi saja, akan tetapi membutuhkan dari banyak pihak, sehingga pertukaran hasil samping yang dikembangkan tidak hanya mendorong keuntungan dari sisi lingkungan saja, tetapi juga memberikan keuntungan bagi ekonomi (peningkatan efisiensi dan produktivitas) dari para pelaku yang terlibat, serta mendorng pembangunan masayrakat dalam rangka pembangunan berkelanjutan.

B. Peluang Pertukaran Hasil Samping
Peluang untuk memanfaatkan hasil samping sebagai upaya untuk memperoleh keuntungan secara ekonomi dan lingkungan sangat besar. Dan untuk menemukan potensi hasil samping yang bisa dipertukarkan dapat dilakukan untuk jenis industri apa saja, selama proses pertukaran tersebut menguntungkan secara ekonomi dan lingkungan anatara dua belah pihak.
B.1 Potensi Pertukaran Hasil Samping dari produk-produk Pertanian
Pertanian dapat kita sebut sebagai sektor dasar, yaitu sektor yang sangat berperan sebagai sektor sektor penghasil bahan baku bagi sektor lain. Buangan-buangan dari hasil pertanian ini memiliki potensi yangsangat besar, karena pada umumnya sampah/buangan sektor pertanian merupakan bahan-bahan organik. Paling tidak hasil buangan seperti ini dapat dikembalikan lagi ke alam sebagai penambah zat hara atau pupuk organik bagi tanah.
Pola pemanfaatan hasil pertanian untuk produk hasil samping :

Sebagai contoh, seperti halnya yang dilakukan oleh para petani kita dahulu ketika selesai masa panen, mereka membiarkan tumpukan jerami dibekas sawah haingga membusuk sendiri. Potensi seperti ini mungkin saja dapat dijadikan pupuk bagi pengganti zat hara yang hilang setelah panen padi. Atau juga kotoran ternak yang dijadikan sebagai pupuk bagi tanaman. Bahkan di Sukabumi, para petani karet juga menggunakan kotoran sapi sebagai pengganti pupuk pada pohon karet mereka, untuk mengurangi penggunan pupuk kimia yang harganya sangat tinggi.
Dari beberapa contoh penerapan hasil samping, yang sudah berkembang kebanyakan berasal dari produk-produk pertanian hasil perkebunan. Karena produk pertanian dari perkebunan merupakan tanaman besar dan diusahakan dalam skala besar. Gambaran beberapa potensi ini mungkin dapat kita lihat dari “Pohon Industri” masing-masing produk. Beberapa pohon industri ini sudah dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI, diantaranya :
1. Perkebunan karet
Usaha perkebunan karet akan menghasilkan getah karet sebagai produk utamanya. Selain disadap untuk diambil getahnya, tanaman karet sebenarnya mempunyai keunggulain yang sangat menarik, yaitu kayu.
Setelah berumur 25-30 tahun, pohon karet dapat dianggap tidak produktif lagi, sehingga harus segera dilakukan peremajaan kembali. Saat itulah semua pohon karet yang sudah tua ditebang dan diganti dengan bibit lainnya.
Dengan usia yang sudah tua tersebut, sudah pasti pohon karet akan melewati persyaratan ekolabeling bila di ekspor ke manca negara. Karena saat ini, di negara-negara eropa, penggunaan kayu karet untuk furnitur mengalami pertumbuhan yang cukup cepat. Dari pada hanya dibiarka di negara kita yang kurang dimanfaatkan oleh petani kita dan hanya sebatas kayu bakar saja.
Di Malaysia, 80% kayu untuk furnitur yang diekspor keluar negerioleh negara ini berasal dari kayu karet. Dan bisa kita bayangkan apabila hal ini terjadi pada perkebunan karet kita, yang mempunyai luas lahan yang sangat besar. Maka potensi pengembangan industri furnitur dari pohon karet di Indonesia akan menjadi sangat besar. Dengan syarat manajemen sistem tanaman karet yang baik harus diterapkan, sehingga ada pengelolaan waktu peremajaan yang terncana, supaya suplai kayu karet selalu tersedia.

2. Hasil samping dari industri gula
Indonesia adalah negara 5 besar didunia sebagai penghasil gula tebu dunia. Dengan demikian, potensi limbah dari industri ini sudah layak dijadikan pertimbangan untuk bisa dimanfaatkan. Bahwa menurut penelitian salah satu potensi hasil sampingan tebu itu sendiri yaitu ampas tebu, sangat potensial dijadikan sebagai salah satu bahan atau pengganti kayu sebagai bahan pembuat kertas (pulp).
Secara global tercatat potensi industri kertas sebenarnya sangat besar sekali, karena setiap tahunnya konsumsi kertas dunia terus bertambah.tetapi adanya efek global warmin memberikan kekawatiran pula terhadap pertumbuhan industri ini. Akhirnya para ahli berupaya mencari jalan pengganti bahan baku industri kertas ini, dari yang berasal dari kayu diganti dengan bahan lain yang lebih ramah lingkngan, yang dikenal sebagai industri (kertas hijau green paper industri).
Hasil tebu diproses di industri gula menghasilkan produk gula dan produk samping tetes tebu serta selulosa. Tetes tebu digunakan sebagai bahan baku industri penyulingan etanol sedangkan serat selulosa dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kertas. Pada industri kertas dihasilkan produk kertas dan limbah lumpur yang telah diolah dapat menjadi bahan baku industri pupuk organik. Industri penyulingan etanol dapat menghasilkan produk etanol dan efluen yang dapat dijadikan bahan baku industri biogas. Industri biogas dapat menghasilkan energi yang dapat memasok kawasan tersebut
Skema Pemanfaatan Produk Hasil Samping Pabrik Gula :

Dan dalam satu hasil penelitian ahli tersebut, ampas tebu dianggap sebagai potensi bahan yang potensial. Di negara Cina sudah mulai mengembangkan industri kertas dengan menggunankan ampas tebu.
Dan jika kita lihat dari potensi ini, maka mungkin saja ini dapat sebagai pemicu untuk tumbuh kembangnya industri tebu kita, untuk penutup biaya produksi yang terlalu tinggi selama ini yang selalu dianggap sebagai penyebab gula Indonesia tidak bisa bersaing dengan gula impor. Selain sebagai pembuat kertas, ampas tebu juga dikembangkan sebagai biomass energi yang potensial.
Jadi apabila potensi-potensi ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin, mungkin hal ini juga akan mendorng tumbuhnya industri gula Indonesia. Hal ini disebabkan potensi pertukaran hasil samping ini akan menutupi kebutuhan biaya produksi yang tinggi.

3. Perkebunan kelapa sawit
Selain karet dan tebu, Indonesia juga merupakan negara penghasil minyak sawit (Crup Palm Oil/CPO) terbesar di dunia setelah Malaysia. Banyak sekali potensi limbah atau juga hasil samping dari CPO yang dapat dimanfaatkan kembali. Minyak sawit diperoleh dari kandungan minyak yang berasal dari tandan sawit, sehingga dalam prosesnya sangat banyak sekali potensi limbah dan hasil sampingnya.
Yang bisa dimanfaatkan dari hasil samping sawit, misalnya :
1) Kernel (biji sawit)
Biji sawit ini juga dapat diolah lagi menjadi produk minyak. Pengolahan biji sawit ini sudah banyak dilakukan oleh berbagai industri, bahkan di Malaysia sudah banyak berkembang. Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa, biji swait juga dapat sangat bagus sebagai pakan ikan, karena mengandung protein yang cukup bagis bagi pertumbuhan ikan.
2) Cangkang biji sawit
Cangkang sawit dianggap sebagai salah satu potensi hasil samping lain ynag dimanfaatkan sebagai sumber energi, cangkang biji sawit ini sudah banyak dimanfaatkan sebagai bahan bakar generator di industri-industri besar sawit.
3) Tandan buah kosong
Merupakan tandan kosong dari buah sawit yang sudah diekstrak minyaknya. Selama ini di pabrik pengolahan sawit, tandan kosong ini hanya diproses melalui proses pembusukan dan kemudian dimanfaatkan kembali sebagai pupuk bagi tanaman sawit itu sendiri. Namun di beberapa negara sudah mulai memanfaatkan tandan kosong ini sebagai salah satu bahan pulp untuk pembuatan kertas sebagai pengganti kayu.
4) Limbah cair
Dilakukan pemisahan terlebih dahulu antara minyak dan airnya. Sebelum air tersebut digunakan untuk mesin pemanas generator yang berfungsi sebagai suplai energi sebagai mesin penggerak mesin di pabrik CPO tersebut. Bahkan dari peneleitian yang dilakukan, gas yang dihasilkan dari proses pengeskraksian minyak sawit juga bisa dimanfaatkan menjadi biogas.
Beberapa teknologi yang telah dikembangkan saat ini limbah cair kelapa sawit dapat menghasilkan biogas, pakan ternak, bahan pembuat sabun, serta pembuatan biodiesel, dan air sisanya dapat digunakan untuk pengairan bila telah memenuhi standar baku mutu lingkungan, tetapi bila limbah cair ini tidak ditangani dengan baik dan profesional akan mengakibatkan kerusakan lingkungan.
Skema pemanfaatan dan tital produk hasil samping industri kelapa sawit :



B.2 Potensi Pemanfaatan Hasil Samping Pertambangan
Dari sisi lingkungan industri pertambangan dianggap sebagai industri yang memiliki peran sebagai “pengrusak lingkungan”. Karena pada umumnya industri ini merupakan industri galian dan juga industri yang menggunakan berbagai macam bahan kimia. Bahkan biasanya lahan yang sudah dijadikan lahan tambang dan ketika kandungan bahan tamabngnya sudah habis, lahan tersebut pada umumnya akan menjadi lahan mati, dan sangat sulit dilakukan direklamasi atau reboisasi kembali. Namun demikian sektor tidak bisa lepas dari kehidupan kita, misal minyak bumi, gas bumi, batu bara, dan berbagai macam kelompok.
Karena hal-hal tersebut kemudian muncul berbagai usaha bagaimana penggunaan bahan tambangan ini dapat dimanfaatkan seminimal mungkin dan juga mengurangi dampak terhadap lingkungan. Salah satu contoh potensi penerapan prinsip pertukaran hasil samping dari industri logam misalnya adalah logam aluminium. Logam ini merupakan salah satu logam yang paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, karena sifat-sifatnya yang kuat, memiliki densitas yang rendah (ringan), tidak berkarat, dan pengantar listrik yang baik.
Tidak seperti logam-logam lain, seperti cadmium dan timah, penggunaan dan pembuangan aluminium sebenarnya tidak memberikan efek-efek tertentu terhadap lingkungan, sebab logam ini sangat mudah untuk didaur ulang. Tetapi permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh logam ini adalah ketika proses penambangan dan pembuatan logam tersebut.
Potensi terjadinya pada pertukaran hasil samping dari proses pengekstraksian alumunium adalah Gallium. Gallium bila dikombinasikan dengan arsenik atau indium dan sangat bermanfaat sebagai semikonduktor, untuk sirkuit pada pengantar listrik, photoektrolik, dan laser. Namun permasalahannya adalah, dalam proses pembuatannya dibuthkan galium yang cukup besar dibandingkan dengan logam lain.
Memang pertukaran produk samping industri tambang lebih rumit dibandingkan dengan industri pertanian. Salah satu praktek terbaik yang lebih nyata dari pertukaran hasil samping limbah sektor pertambangan diantaranya adalah seperti yang dilakukan di kalundborg yang melibatkan industri pertambangan yaitu industri semen dan juga gypsum.
Jadi, jika pemanfaatan dari hasil samping pertambangan ini tidak bisa di atur sebaik mungkin, maka akan banyak efek samping kerugian yang akan ditimbulkannya, baik untuk perusahaan itu sendiri ataupun masyarakat sekitarnya.
C. Langkah-Langkah Membentuk Pertukaran Hasil Samping
1. Mengerahkan dan Mengelola Segala Dukungan
1) Memperkuat tekad para pelaku bisnis yang akan terlibat dalam proyek
Hal yang paling utama dilakukan adalah mengerahkan komitmen semua kalangan bisnis untuk sukses mengembangkan hasil samping itu. Idealnya secara personel, para peserta yang akan ikut dalam pertukaran hasil samping ini sudah pernah melakukan pengelolaan terhadap limbah atau buangan yang sifatnya memberi nilai tambah pada limbah atau buangan dari perusahaan mereka tersebut.
2) Menciptakan kesadaran keuntungan ekonomi, lingkungan dan sosial dari pertukaran hasil samping yang dilakukan
Membuat pembicaraan sebelum program dijalankan oleh para pelaku dan pihak yang terkait. Komunikasi ini dapat dilakukan melalui berbagai bentuk seperti forum workshop, seminar, publikasi pada media masa seperti surat kabar dan majalah, dan membuat suatu web side yang mempublikasikan langkah-langkah perkembangan apasaja yang sudah dilakukan. Segala bentuk komunikasi yang dikembangkan dalam mensukseskan proyek pertukaran hasil samping ini haruslah terintegrasi dengan strategi-strategi EIP secara keseluruhan terutama dalam upaya efisiensi penggunaan sumber daya alam, konsep desain untuk lingkungan, pencegahan polusi dan pengurangan buangan atau limbah dalam setiap langkah dalam daur hidup produk.
3) Merangkul sektor publik penyedia bantuan keungan, insentif atau dukungan regulasi, termasuk didalamnya perguruan tinggi dan sekolah-sekolah teknik.
Lembaga-lembaga perencanaan pembangunan ekonomi, lingkungan dan lembaga-lembaga pengelolaan lingkungan selayaknya memiliki ketertarikan sendiri dalam mencapai efisiensi ekonomi penggunaan sumber daya melalui kerja sama atau aliansi dalam proyek EIP melalui program pertukaran hasil samping.
Mereka mungkin saja sebagai sumber finansial atau membarikan berbagai bentuk dukungan lainnya dalam segala aktivitas EIP dan juga ikut membantu membangun komunikasi antar berbagai pihak terkait. Perguruan tinggi dan para ilmuan lingkungan dan ekonomi dapat memberikan dukungan sebagai pengumpul dan pengolah data berbagai inovasi-inovasi yang akan dikembangkan dalam proyek ini.
4) Mengidentifikasi entiti bisnis dalam pertukaran hasil samping
Satu dari banyak faktor keberhasilan pertukaran hasil samping yang dilakukan oleh beberapa perencana EIP adalah mengutamakan peluang-peluang pemanfaatan limbah/buangan dan juga hasil samping dari industri tersebut dengan tetap berdasar untuk meningkatkan jumlah nilai manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh dari aktivitas tersebut.
Banyak pihak yang bisa memunculkan entitas bisnis dari pemanfaatan hasil sampingi ini. Di antaranya dapat muncul dari:
• Manajemen kawasan industri/pengelola kawasan industri. Sebagai pengelola suatu kawasan industri, manajemen kawasan industri berusaha menciptakan dan mendorong agar kawasan industri yang direncanakan dipenuhi oleh para tenan yang memiliki aktivitas bisnis dan jaringan bisnis yang kuat serta terus menjalin hubungan yang baik dengan mereka.
• Inisiatif industri utama pada kawasan tersebut dapat sebagai pendorong untuk mewujudkan pertukaran hasil samping.
• Suatu konsultan perusahaan yang memanfaatkan potensi dari pertukaran hasil samping sebagai peluang baru untuk pemulihan investasi (investment recovery). Konsultan ini berinisiatif mengelola aliran hasil samping pada kawasan tersebut atau lintas kawasan dengan kawasan lain. Yang menjadi objek pemulihan investasi ini adalah hasil buangan akhir, dimana produk-produk non-produktif ini dianggap sebagai asset yang bisa dimanfaatkan bagi kepentingan bisnis yang dapat dikembangkan kembali, didaur ulang dan dipasarkan. Yang di anggap sebagai asset disini adalah:
1) Buangan dari steam dan proses hasil samping,
2) Kelebihan bahan baku, inventori operasi dan suplai,
3) Residu kontruksi proyek,
4) Berbagai fasilitas, peralatan dan mesin-mesin yang tidak terpakai, tidak beroperasi lagi dan menganggur,
5) Dan lain-lain.
• Biasanya perusahaan yang bergerak dibidang manajemen pemulihan investasi mengembangkan strategi-strategi dan prosedur-prosedur untuk merekap segala bentuk potensi arsip atau produk-produk yang dianggaptidak bermanfaat lagi tetapi dilihat memiliki potensi untuk menjadi produk yang lebih berharga lagi.
• Di Negara-negara maju dan beberapa Negara berkembang lainnya, sudah mulai banyak muncul lembaga atau perusahaan yang menawarkan jasa dalam hal pengelolaan bahan-bahan buangan.
• Perkembangan yang memungkinkan membentuk tim pengelola sendiri dalam suatu lokasi, salah satunya seperti yang terjadi di kalundborg.

2. Perencanaan dan Analisis
1) Temukan potensi-potensi pertukaran hasil samping dari hasil samping dan buangan potensial.
Sudah banyak penelitian yang dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi dan lembaga penelitian internasional melihat potensi-potensi pertukaran hasil samping. Hasil-hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mewujudkan suatu pertukaran hasil samping dalam kawasan industri yang akan direncanakan.
2) Menyediakan segala bentuk keperluan yang mendukung bagi proses pengembangan dan pengumpulan data dan analisis.
Dalam pengumpulan dan ketika analisis data dilakukan untuk menentukan potensi pertukaran hasil samping yang dilakukan, maka kerjasama dan dukungan dari perusahaan-perusahaan potensial untuk melakukan pertukaran hasil samping ini akan sangat diperlukan, di antaranya mungkin untuk memperoleh pertimbangan terhadap nilai jual dan potensi perdagangan dari hasil samping yang akan dikembangkan.
3) Mengidentifikasi segala bentuk hambatan dalam regulasi, praktek bisnis, dan manajemen lingkungan yang harus ditutupi, serta mengembangkan strategi-strategi untuk mengatasinya.
Sebuah pertukaran hasil samping yang baik harus bisa menemukan inovasi-inovasi yang bisa mewadahi segala bentuk regulasi tersebut. Beberapa areal inovasi tersebut dapat berasal dari:
• Bentuk aturan apa yang harus dipenuhi untuk melakukan pertukaran dari produk-produk yang berasal dari limbah cair (air). Apakah perlu suatu sistem pengolahan air limbah dulu atau apakah pengolahan air limbah tersebut dapat dilakukan.
• Apakah dalam kawasan tersebut mengizinkan pertukaran hasil samping suatu produk merupakan industri-industri yang berbeda atau campuran.
• Apabila kawasan tersebut adalah kawasan ekspor, apakah pertukaran hasil samping yang akan dilakukan akan member pengaruh terhadap perdagangan hasil samping tersebut, dan lain-lain.
4) Mengidentifikasi perusahaan yang dapat melakukan proses seleksi material, menyediakan layanan pengumpulan produk hasil samping tertentu.
Banyak sisi-sisi dalam kawasan industri dan praktek pertukaran hasil samping akan membuka peluang terbuka bisnis baru, sehingga akan mendorng pelaku bisnis tersebut mengambil bagian. Maka dari itu, perlu upaya untuk mengidentifikasi jenis jasa layanan pertukaran apa yang sebenarnya akan membantu proses pertukaran tersebut, selama layanan tersebut dirasakan perlu.
5) Mengembangkan sebuah rencana strategi untuk benar-benar bisa menerapkan pertukaran hasil samping ini keseluruh jaringan pada EIP.
Rencana strategi ini adalah aktivitas yang bisa dilakukan sehingga pertukaran produk samping tersebut benar-benar bisa dilaksanakan dengan baik. Suatu pertukaran hasil samping akan erus berkembang, untuk itu juga harus terus dilakukan penelitian dan pengembangan baik itu didalam sistem (operasional) maupun pengelolaan. Upaya ini harus masuk dalam rencana strategis bagi pengembangan EIP secara keseluruhan.

3. Monitoring dan Komunikasi
1) Mebuat sebuah peta jaringan pertukaran dan kesempatan-kesempatan untuk pertukaran.
Segala bentuk informasi pertukaran dan kesempatan-kesempatan pertukaran dimasukkan dalam sebuah data base. Melalui data base ini, semua informasi yang berhubungan dengan data-data dan hasil samping tersedia dengan lengkap. Semua data tersebut dapat diakses secara terbuka dantransparan sehingga semua pihak dapat mengevaluasi perkembangannya.
2) Menetukan parameter performansi dan pencapaian target.
Beberapa alat ukur yang mungkin dapat dipakai oleh para pelaku pertukaran hasil samping untuk mengukur progres aktivitas yang mereka lakukan, adalah:
• Rasio penggunaan bahan baku murni yang dapat didaur ulang (termasuk air).
• Rasio daur ulang yang benar-benar dilakukan terhadap potensi daur ulang lainyang memungkinkan.
• Rasio penggunaan bahan yang dapat diperbaharui terhadap bahan bakar dari fosil.
• Rasio polusi terhadap yang tidak menghasilkan polusi.
• Produktivitas material-output ekonomi per unit input material.
• Produktivitas energi-output ekonomi per unit input energi (perhitungan juga termasuk energi yang dimanfaatkan dari penggunaan limbah), dan lain-lain.
3) Menciptakan sebuah sistem komunikasi yang membantu mempercepat peningkatan performansi yang baik bagi pertisipan serta menciptakan sebuah public autreach program.

No comments:

Post a Comment

Jangan lupa komentarnya ya!!!!!!